Tetaplah Teguh Pak Anies

Jika anda menyesal telah mengagumi Pak Anies karena kedatangan beliau ke Markas FPI di Petamburan – yang bagi anda FPI adalah suatu organisasi yang merobek tenun kebangsaan – maka saya ingin bertanya, telah sedalam apa pengetahuan anda tentang organisasi tersebut? Sudahkah anda mengkonfirmasi langsung ke FPI atas pemberitaan yang beredar selama ini? Atau pemahaman anda ini didasari atas informasi yang ditelan bulat-bulat tanpa mendapatkan fakta yang valid dari sumber data primer?

Kawanku Tsamara, apakah anda pernah mendengar paradigma “Bad News is Good News” dalam dunia jurnalistik? Apakah pemberitaan media selama ini tentang FPI cukup adil dan mengedepankan asas keberimbangan (cover both side)? Jangan-jangan sebetulnya kita inilah yang sedang merobek tenun kebangsaan karena mudah tergiring opini media dengan turut terlibat dalam memfitnah sesama anak bangsa.

Opini masyarakat umum mungkin dengan mudahnya dapat tergiring tentang FPI yang selalu dilabeli sebagai organisasi yang intoleran. FPI kerap dianggap sebagai perusuh dan menjadi alat dari kepentingan tertentu. Tapi tahukah anda bahwa organisasi ini selalu ambil bagian dalam misi kemanusiaan dan bencana alam di Aceh, Padang, Yogyakarta, Garut dan hingga detik ini mereka membantu Aceh dan Bima? Apakah kita cukup memiliki keberimbangan informasi tentang fakta bahwa FPI rutin melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mempererat Kebhinekaan dan NKRI? Segala hal tersebut tidak pernah diberitakan oleh media masa.

Baca Juga:  Banyak Alasan Untuk Mengatakan Prabowo Akan Kalah di Pilpres 2019

Sekedar informasi untuk anda, selama ini FPI ternyata telah banyak menutup tempat maksiat dan perjudian. FPI ternyata bekerjasama dengan Kemensos RI secara nasional dalam program bedah kampung. Ratusan rumah miskin di berbagai wilayah seperti Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Purwakarta, Pasuruan, Palu, dan Gresik, berhasil dibedah tanpa melihat latar belakang agama dan kesukuan. FPI ternyata pernah bekerjasama dengan Almarhum Taufiq Kiemas pada saat beliau mejabat sebagai Ketua MPR RI dalam sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. FPI juga tidak pernah menolak Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Bahkan ternyata, mantan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi juga pernah ikut menghimbau agar setiap Kepala Daerah bekerjasama dengan FPI. Sayangnya kita lebih senang mendengar apa yang hanya ingin kita dengar, bukan kebenaran apa yang mesti kita dengar.

Fakta-fakta tersebut bukanlah hal yang sulit untuk kita temukan, asalkan kita mau berlaku adil sejak dalam pikiran. Sebagai mahasiswa, kita juga telah diajarkan untuk berpikir kritis dan menghimpun berbagai data dari berbagai sumber, baik data primer maupun sekunder. Jadi tidak heran, jika ternyata selama ini pemberitaan telah membuat kita sering salah berpersepsi bahkan mudah memfitnah, karena kita terlewat mencari data primernya.

Baca Juga:  Jokowi, Prabowo, dan AHY, Koalisi atau Kompetisi di 2019?

Akhir kata, saya ingin tegaskan sekali lagi bahwa saya tidak ada kepentingan apapun dalam Pilkada DKI karena saya bukan warga DKI yang tentu tidak punya hak pilih dalam Pilgub DKI. Saya bukan anggota FPI yang ingin membela FPI. Saya tidak sedang magang dimanapun, apalagi di tempat yang terafiliasi dengan Cagub tertentu. Saya juga bukan kader dari partai politik manapun. Jadi kepentingan tulisan ini hanyalah untuk meluruskan yang bengkok, menegakkan keadilan dalam berpikir, dan menyampaikan kebenaran yang luput.

Sebagai penutup, perkenankanlah saya untuk menghimbau agar setiap orang berhenti menebar sinis atas pilihan politik siapapun. Berhenti melibatkan diri dalam fitnah massal terhadap sesama anak bangsa. Berhenti memaki atas sikap dan pernyataan seseorang sebelum ber-tabayyun dan mendapatkan fakta yang sebenarnya. Tetaplah teguh Pak Anies, biarkan kafilah berlalu.

Penulis adalah Mahasiswa jurusan HI Universitas Paramadina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *