PILKADA BRUTAL! (Surat Terbuka Chusnul Mar’iyah)

Kepada Yth.

Presiden Republik Indonesia

JOKO WIDODO

Salam,

Bapak Presiden Republik Indonesia: ini Pilkada Brutal (1)

Apakah Bapak Presiden memperhatikan Pilkada DKI 19 April besok (hari ini)? Apakah Bapak Presiden sengaja membiarkan pemilu paling brutal, tidak malu membagi sembako, rakyat disuap dengan sembako dan uang? Apa Bapak tidak tersinggung rakyat dihina dengan sembako? Bahkan, ada foto menyuap sembako dengan dikawal aparat Negara yang harusnya tidak boleh memihak?

Subhanallah. Inikah yang Bapak Presiden maksudkan politik dipisahkan dengan agama? Sehingga politik tidak memiliki akhlak, etika dan norma yang disepakati? Saya jadi bertanya-tanya (lagi): benarkah Bapak menang Pilpres 2014 dengan JUJUR dan halal?

Bapak Presiden,

Saya faham bahwa petahana adalah mantan Wakil Gubernur saat Bapak menjadi Gubernur dahulu yang seumur jagung itu, bukan? Saya faham dalam berbagai statemennya Gubernur ini tidak mau turun sendiri, dia akan menyeret Bapak Presiden dalam berbagai kebijakan, termasuk masalah Bus Trans Jakarta. Pertanyaan saya: kenapa Bapak Presiden begitu melindunginya seperti Bapak ketakutan? Kenapa? apa yang salah Bapak Presiden?

Baca Juga:  Raja Salman Berfikir “Out of the Box”

Bapak Presiden itu memiliki kewenangan dan kuasa untuk memerintahkan polisi, tentara dan aparat-aparat lainnya. Apakah yang terjadi ini perintah Bapak? Ingatlah, Bapak menjadi Presiden atas mandat rakyat? Bukan atas mandat para bandar yang saat ini menyandera Bapak? Berapakah dana yang Bapak terima untuk menjadi Presiden dahulu? Sekali lagi, apakah Bapak menang Pilpres 2014 dengan Jujur dan halal?

Bapak Presiden,

Saat Gubernur ini menjadi tersangka, Bapak begitu berkilah sana-sini. Mendagrilah atau MA-lah yang berweweng, sehingga tersangka tidak ditahan. Betulkah Bapak menjadi Timses untuk berkomunikasi dengan para pimpinan partai untuk mendukung petahana? Itu saya fahami, boleh-boleh saja melobi. Tapi kalau sudah menggunakan aparat Negara: polisi, tentara, Badan tiga huruf dan birokrasi untuk menjadi petugas implementasi skenario untuk memenangkan petahana, itu melanggar Undang-undang bahkan bisa kemudian ditarik melanggar Konstitusi UUD 1945 yang sudah diamandemen.

Bapak Presiden, inilah yang bisa dimasukkan kategori makar. Melanggar sumpah jabatan!

Bapak Presiden, saya ingin menyampaikan bahwa Pilpres 2014 saya katakan sebagai fabricated election. Sepertinya pemilu demokratis, tapi sudah terjadi kejahatan pemilu yang sudah direncanakan secara luar biasa, mulai dari DPT.

Baca Juga:  Arswendo: Mengarang Itu Gampang

Tapi Bapak Presiden, kekuasaan tertinggi ada di Sang Pencipta. Wamakaruu wamakarallah wallahu khoirul maakirin. Bapak dan kroni Bapak dapat merekayasa, Allah membalas rekayasa dan Allah lah sebaik-baik pembuat rekayasa. Di 2014 tidak ada fenomena Al-Maidah 51. Itu yang membedakan, Pak? Insya Allah do’a umat yang terdlolimi akan diterima Allah.

Bapak Presiden, semoga Bapak segera dibukakan mata hati dan mata batin Bapak, untuk segera memerintahkan sekarang juga kepada polisi dan badan tiga huruf untuk tidak melakukan tindakan melanggar sumpahnya, dengan melakukan pelanggaran secara sengaja memenangkan petahana dengan menghalalkan segala cara.

Bapak Presiden, untuk keselamatan bangsa ini mari kita membaca Al-Fatihah. Aamiin. (*)

Wassalam,

Chusnul Mar’iyah

(Mantan Komisioner KPU dan Dosen Universitas Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *