Oleh: Asriyon Roza, SE.Ak., CA., M.Si*
Dinamika politik Pilkada Kota Padang terus menggeliat. Beberapa calon terus bermunculan. Mulai dari politisi, birokrat, incumbent, profesional, aktivis dan lain-lain. Tentunya masyarakat tidak mempersoalkan latar belakang dari kandidat yang bermunculan.
Hari ini Kota Padang membutuhkan pemimpin yang mampu melakukan perubahan besar terhadap seluruh lini, sehingga perubahan itu betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat. Sudah beberapa kali pergantian Walikota Padang pasca reformasi namun tidak terlalu terlihat perubahan yang mendasar dari Kota Padang. Kecuali pembangunan Fisik yang terlihat tambal sulam.
Memang ada beberapa perbaikan yang terlihat seperti Pantai Muara Padang, Pasar Raya yang dulu semrawut pasca gempa 2009 kini sedikit mulai tertata, dan mungkin ada perbaikan juga pada Pasar Lubuk Buaya. Namun pada konteks lain masih banyak yang belum terbenahi. Kota Padang sudah seperti Jakarta dimana pada jam-jam tertentu terjadi kemacetan yang cukup parah. Seperti sepanjang jalan menuju Basko. Dan bahkan sekarang bertambah ke jalan Khatib Sulaiman akibat dibangunnya pusat perbelanjaan komersil yang disinyalir pembangunannya melanggar RT/RW. Dan itu terlihat dari adanya beberapa gugatan yang dilakukan oleh masyarakat dan LSM.
Pembangunan pusat perbelanjaan di Khatib Sulaiman itu kurang mempetimbangkan dampak terhadap masyarakat. Seharusnya Pemerintah Kota Padang membenahi dulu infrastuktur jalan di daerah khatib tersebut sehingga kemacetan dapat diatasi sedini mungkin. Sangat terlihat sekali pembangunan itu kurang terencana dengan baik entah target apa yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kota Padang saat ini. Biarlah dipulangkan kepada masyarakat untuk menilainya.
Belum lagi persoalan terminal yang tidak jelas keberadaannya. Saluran drainase yang tidak tertata dengan baik sehingga di beberapa tempat kalau hujan terjadi genangan air. Bahkan di daerah by pass sering sekali terjadi banjir besar yang disebabkan belum adanya saluran pembuangan air, ditambah posisi badan jalan telah berada diatas rumah penduduk di sekitar jalan tersebut. Belum lagi keluhan yang dirasakan oleh masyarakat pinggiran kota yang minim perhatian Pemko Kota Padang. Mereka merasakan belum mendapatkan perhatian dan sentuhan pembangunan yang berarti terutama terhadap perbaikan infrastruktur jalan.
Selanjutnya dari sisi perbaikan nilai-nilai moral di tengah masyarakat juga minim mendapatkan perhatian yang menimbulkan keresahan sebagian masyarakat Kota Padang. Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya pusat-pusat hiburan, hotel, musro (tempat karoeke), tenda-tenda pendek di daerah pantai dan juga rumah-rumah maksiat di daerah Bungus yang hilang timbul. Dan baru-baru ini yang cukup menghebohkan dengan terbitnya surat dari Rektor Universitas Andalas (UNAND) yang menolak mahasiswa-mahasiswi LGBT.
Terbitnya surat itu tentu bukan tanpa alasan, sudah pasti pihak Rektorat UNAND tahu bahwa LGBT di Sumatera Barat, khususnya Kota Padang sudah pada tahap meresahkan. Terhadap hal-hal ini tidak terdapat langkah dan tindakan kongkrit dari Pemerintah Kota Padang.
Berbagai tantangan sudah terlihat di depan mata tentunya Kota Padang harus berbenah dengan cepat. Kota Padang butuh pemimpin yang kuat dan berkarakter. Jelas rekam jejaknya, bersih diri dari isu-isu yang terkait kasus korupsi dan tindakan-tindakan yang berbau amoral. Karena dari pemimpin yang berkarakter dan kuat itulah semua persoalan tersebut bisa diatasi. Dan tentunya peran aktif masyarakat juga harus dilibatkan.
Pemimpin yang kuat dan berkarakter itu tentunya pemimpin yang mampu menggerakkan partisipasi masyarakat. Masyarakat harus didorong aktif untuk mewujudkan setiap perubahan. Pemimpin Kota Padang kedepan harus memiliki orientasi sebagai pelayan publik, karenanya Infrastruktur layanan publik harus dibenahi sesuai kebutuhan yang bernilai guna dan tepat guna sehingga penggunaan anggaran benar-benar tepat sasaran.
Dalam beberapa dekade kepemimpinan Kota Padang, sangat dirasakan kurangnya keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam melakukan pembangunan kota. Masyarakat agak cenderung individualis. Kehidupan gotong royong semakin terasa asing. Sangat jauh berbeda dahulunya apa yang kita rasakan. Dimana setiap minggu masyarakat bahu membahu bergotong royong membersihkan lingkungan, seperti membersihkan selokan, membersihkan masjid, dan lain-lain. Hari ini hal-hal seperti itu semakin sulit ditemukan.
Perubahan ini tidak terlepas dari minimnya kemampuan pemimpin dalam menggerakkan partisipasi masyarakat sebagai subjek pembangunan. Masyarakat terkadang dipandang oleh pemimpinnya sebagai objek pembangunan. Inilah yang harus di rubah kedepan oleh pemimpin kota Padang. Hal itu bisa terwujud dengan tampilnya pemimpin yang kuat dan berkarakter.
Semoga saja masyarakat Kota Padang dapat mewujudkan dan memilih pemimpin yang kuat dan berkarakter itu. Tanpa itu Kota Padang akan jalan di tempat dan tertinggal dibandingkan daerah lain yang hari ke hari terus berbenah dan melakukan perbaikan-perbaikan yang sangat mendasar bagi kepentingan dan kebutuhan masyarakatnya.
* Penulis adalah Sekretaris Sekolah Politik Nasional (SPN) ICMI 2016