Stop Main Hakim Sendiri!

Oleh: Maman Suratman

Dengan atau tanpa alasan, main hakim sendiri adalah tindak kebiadaban. Itu mempertegas nilai kebinatangan ketimbang kemanusiaan.

Selasa (1/8) petang, sekelompok warga di Desa Sukatenang, Kecamatan Sukawangi, Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengeroyok seorang pria berinisial MA (30). Lantaran diduga telah mencuri amplifier masjid, orang-orang yang tidak berpikir panjang ini, merenggut hidupnya dengan cara dibakar. Fuck!

Aksi main hakim sendiri hingga menghilangkan hak paling asasi dari manusia, tentu bukan pertama kalinya terjadi di wilayah Jawa Barat ini. Di sepanjang tahun 2017, setidaknya tercatat sudah ada 3 peristiwa serupa yang mendahuluinya.

Terjadi di Cikalong, Tasikmalaya (28/2), nasib sama dialami oleh dua orang terduga pencuri kabel PLN. Mereka diseret serta dihujani senjata tajam, hingga merenggut satu nyawa di antaranya. Sedang temannya, meski berhasil lolos dari maut, harus melewati kondisinya yang sangat kritis.

Berlanjut ke bulan setelahnya, nasib naas serupa juga dialami oleh seorang terduga pencuri sepeda motor. Itu terjadi di wilayah Rawalumbu, Kota Bekasi (9/4). Persis dengan apa yang juga diderita oleh pelaku begal di daerah Subang (11/6). Semuanya tewas bersimbah darah setelah menjadi bulan-bulanan amukan massa yang berpikir dangkal.

Baca Juga:  Membubarkan HMI dan HTI

Hei, apa yang mereka harapkan dari aksi biadab semacam itu? Surga? Tempat termulia di sisi-Nya?

Ingat-ingat, kalau pun ada, tempat mulia itu bukanlah milik orang-orang seperti mereka. Meski atas nama Tuhan, tindakan barbar tidak akan lantas membuatnya paling berharga. Ia tidak akan se-ngaco itu, bermurah-hati pada mereka yang benci hidup, termasuk pada hidup orang lain.

Untuk apa hukum jika yang ada adalah tindakan main hakim sendiri? Untuk apa ada negara jika sebagai warga hanya menghendaki hidup seperti orang-orang barbar? Untuk apa akal jika dibiarkan membusuk dalam daging, tak diperankan? Untuk apa jadi manusia jika ujungnya harus tetap berlaku bak binatang?

Stop main hakim sendiri! Apa pun alasannya, dengan atau tanpa, tindakan bejat hanya akan buahkan pedih. Sekali lagi, surga bukan milik yang berjuang atas nama-Nya dengan cara bejat. Ia milik mereka yang sebenarnya manusia, yang mampu hargai hidup dirinya dan sesamanya, yang bersyukur walau dalam perih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *