Risalah Sarang untuk Gerombolan Rizieq FPI & Wahabi

Kaum Nahdliyin dianggap telah menjadi bulan-bulanan serangan ustad Wahabi-Salafi, baik di darat maupun udara, melalui cyber army Wahabi.

“Melalui poin ketiga, Risalah Sarang memperingatkan dengan keras strategi permainan pasukan cyber yang sengaja dibentuk pengikut Wahabi,” pungkasnya menambahi.

Di poin keempat “Risalah Sarang”, para ulama sepuh memberika nasehat kepada para pemimpin negara, dan nasehat kepada umat agar senantiasa arif dan bijaksana, serta menomorsatukan kemaslahatan masyarakat dan NKRI.

Nasehat ini sendiri tentu beralasan karena para ulama sepuh prihatin dengan perilaku yang mengatasnamakan imam besar atau pemimpin umat.

“Yang mengaku sebagai ‘imam besar’ justru membawa umat ke jurang. Tidak bisa menjaga sikap sebagai panutan umat,” tegasnya kembali.

Joxzin mengaku bahwa MUI yang awalnya menjadi tempat kebijaksanaan sebagaimana pernah ditunjukkan oleh KH Sahal Mahfud, justru kini dikuasai ulama-ulama dadakan yang suka memprovokasi umat.

“Lihat saja kelakuan Bachtiar Nasir, Dien Syamsudin, Tengku Zulkarnain, dan gerombolan GNPF MUI yang lebih cocok sebagai politikus dibanding ulama,” terangnya mencontohkan.

Baca Juga:  Demokrasi Yang Berdebu

Belum lagi, lanjut Joxzin Jogja, mendengar perkataan dan melihat perilaku Amien Rais yang sangat jauh dari akhlak para ulama yang harusnya arif dan bijaksana.

“Jadi poin keempat ini adalah pesan keras dari para ulama sepuh bagi politikus yang mengaku-ngaku pemimpin umat,” sambungnya.

Di poin terakhir, yakni poin kelima, “Risalah Sarang” mengusulkan sesuatu yang sangat strategi, yakni forum silaturrahmi di antara seluruh elemen bangsa. Forum ini dipandang relevan guna mencari solusi atas berbagai permasalahan yang ada dalam semangat rekonsiliasi.

“Para ulama sepuh tentu sendih melihat perjalan kita sebagai bangsa. Ibarat kapal besar, ada beberapa (kelompok masyarakat) elemen bangsa yang justru berlomba-lomba membocorkan kapal. Harapan mereka agar kapal NKRI-Pancasila cepat tenggelam diganti kapal NKRI-Bersyariah,” tukasnya menganalogikan.

Melalui “Risalah Sarang” ini, para ulama sepuh dinilai mengajak umat untuk bersatu menjaga kapal besar NKRI-Pancasila. Tujuannya, sehingga kapal besar NKRI-Pancasila bisa berlayar sampai ke tujuan.

“Mari menjadi ABK dan penumpang kapal besar NKRI-Pancasila yang ikut mensukseskan pelayaran,” tutupnya. (ms)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *