Cerdas di Dunia Maya

Untuk apa mengejar gelar akademik kalau tujuan utama anda adalah Ilmu semata. Buku-buku yang pernah ditulis Gus Dur, Nurcholis Madjid, hingga Buya Hamka juga tersedia di sana. Yang masalah mungkin tidak begitu banyak buku berbahasa Indonesia yang bisa didapatkan, karena sebahagian besar buku referensi dalam bahasa inggris, kecuali dari penulis2 Indonesia tentunya.

Buku-buku klasik Agama Islam yang berbahasa Arab juga bisa didapatkan. Kitab-kitab babon semacam Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan lain-lain dalam bahasa dan tulisan aslinya juga tersedia.

Ya, internet menyediakan segalanya. Anda bisa menyusun kurikulum sendiri dengan rujukan yang mirip dengan apa yang Anda dapatkan di Universitas. Kalau Anda ingin terbebas dari ketidaktahuan, misalnya tentang “Apa itu Mazhab Mu’tazilah?”.

Anda bisa menyusun kerangka belajar sendiri dengan menyusun formulasi tema seperti: 1) Sejarah Mu’tazilah dan Ajarannya, 2) Pandangan Luar Terhadap Mu’tazilah 3) Karya2 Pemikir Mu’tazilah Masa Awal 4) Mu’tazilah di era Modern 5) Mu’tazilah di Indonesia (melalui pemikir Harun Nasution dan Cak Nur). Ketimbang mengutuk dan mencemooh, justru lebih mulai mempelajari dan memahaminya dari riset atau karya langsung yang bersangkutan.

Baca Juga:  Berselancar Sripanggung Kontroversi

Nyaris semua karya besar pemikir2 agung itu tersedia di internet melalui ebooks gratisan. Hampir semua ebook itu memuat keseluruhan halaman buku fisiknya, dari halaman judul hingga indeks dan daftar referensi. Dari daftar referensi, Anda bisa kembali menelusuri buku-buku lainnya dengan tema yang sejenis untuk memperkaya bacaan. Dan sekali lagi, bukan tidak mungkin buku-buku rujukan itu juga tersedia bebas dalam bentuk ebooks.

Siapa yang menyediakan ebooks ini? Semua bermula dari niat mulia, berbagi ilmu. Mungkin ada segeintir mereka yang bermaksud menyebarkan ideologi untuk dikenali seluruh dunia dengan buku-buku yang disebar. Tapi tentu saja kita mesti bijak menanggapi. Ilmu adalah bebas nilai, anda boleh menggunakan tidak saja untuk mendukung kepentingan anda, tapi juga bisa untuk menyerang kepentingan orang lain. Terserah Anda. Bahkan kitab suci pun kalau ditanggapi dengan sinis, bisa anda gunakan untuk menyerang siapa saja, termasuk Tuhan bukan?

Dari sekian situs penyedia ebook yang saya sering kunjungi maka ada tiga website ini yang paling lengkap menurut saya:

Baca Juga:  Solusi Maksiat ala Ali Sadikin

http://en.bookfi.org/

http://libgen.io/

http://www.gutenberg.org/

Sebenarnya ada masih banyak penyedia ebook dan artikel positif lainnya di dunia maya, termasuk yang temanya khusus. Website2 dengan orientasi keagamaan atau ideologi tertentu bisanya menyediakan semua bahan bacaan untuk mengenali pemikiran mereka. Itu tinggal diklik aja ke situs resmi mereka dan dari situ akan diarahkan ke arsip bacaan mereka.

Satu masalah etik yang mungkin jadi pertimbangan adalah soal pelanggaran hak cipta. Di hampir setiap buku yang diterbitkan ada disclaimer untuk tidak menyebarluaskan dan memperbanyak buku tersebut tanpa seizin penulis atau penerbit. Tentu saja ini dilema, apalagi sepertinya masih banyak buku tersebut tersedia dalam bentuk fisiknya. Ya, agar barokah lebih baik memang membeli buku fisiknya, sekira masih bisa didapatkan dengan mudah di toko buku atau toko online. Bukankah rasa membaca buku sambil membaui aroma kertas itu lebih nikmat dan eksotik ketimbang memelototi layar monitor desktop atau tablet?

Selain itu, ada juga banyak website yang menyediakan kuliah atau sharing informasi untuk publik. Kebanyakan informasi ini bertema khusus namun disajikan dengan Bahasa sederhana, karena memang dimaksudkan untuk semua usia. Beberapa diantaranya adalah

Baca Juga:  Ini Rahasia Mufidah JK dan Ida Tanri Abeng yang Belum Terungkap

https://www.ted.com/

https://indonesiax.co.id/

Juga kampus2 ternama sudah menyediakan jalur kuliah online seperti Harvard, Oxford dan sebagainya. Jadi, sekarang terserah Anda, siapkan menjadi pembelajar yang baik melalui dunia maya?

Ayo, jadikan internet sebagai tempat Anda belajar menjadi cerdas!

(Penulis adalah Muhammad Ruslailang yang saat ini menetap di Abu Dhabi. Twitter @dgrusle)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *