Meneropong Metamorfosa Kader HMI

Oleh: Agus Purwanto, S.Pd, M.Kesos

HMI sebagai organisasi yang  menjadi inspirasi lahirnya organisasi pergerakan mahasiswa di Indonesia sudah semestinya bergerak merumuskan kerangka baru dalam mewujudkan cita-cita bersama, bahwa HMI saat ini membutuhkan pemimpin yang bermoral yang mampu membawa arah  pembangunan perkaderan dalam mewujudkan kualitas insan cita. Apa yang bisa  di lakukan saat ini adalah bagaimana kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bisa melakukan pembenahan diri, baik secara struktural maupun kultural organisasi.

Sebenarnya HMI mampu bergerak dan berpikir untuk melakukan  perbaikan yang ada dengan cita-cita dan mimpi indahnya.  Menjadikan mimpi itu terwujud adalah tugas bersama yang harus di dukung oleh kesadaran rasio yang tinggi, saling memiliki komitmen, rasa kebersamaan dan kepercayaan terhadap potensi orang lain satu dengan yang lain. Menjadikan HMI bernilai  tidak bisa dilakukan sendiri, butuh semangat dan pengorbanan.

Boleh saja HMI bermimpi menciptakn masyarakat adil dan makmur, tetapi berpikirlah bagaimana kualitas insan cita yang selama ini menjadi tujuan dan slogan bagi  kader  HMI benar-benar melekat dalam qalbu  para pejuang hijau hitam sehingga cita-cita bersama itu akan terwujud dengan menjadikan nilai-nilai spiritualitas sebagai  ruh perjuangan.Tidak cukup dengan retorika yang bagus tetapi solusi praktis bagi kemajuan HMI dan bangsa ini. Tugas HMI saat ini yang paling penting adalah menciptakan  kader intelektual, profesional dan  berakhlakulkharimah.

Kongres HMI XXIX di Pekanbaru Riau akan menjadi momentum bersejarah dalam memilih Konduktor Perjuangan. Saat ini, HMI butuh  manusia baru yang mampu berkarya  dan memiliki peran bagi  umat. HMI tidak butuh slogan-slogan manis yang terkesan politis ataupun  simbolik dalam menterjemahkan  program pemerintah yang cenderung fragmatis, tetapi HMI butuh kerja nyata dan  real, butuh visi yang menjawab persoalan dan tantangan HMI kini dan akan datang.

Baca Juga:  Catatan Dr. Iswandi Syahputra: Ahok; Masalah atau Fenomena Politik Pilkada DKI?

Untuk memimpin HMI secara nasional, dibutuhkan kader yang loyal dan sudah teruji kepemimpinannya pada setiap jenjang struktur kepemimpinan HMI, kader yang ikhlas mewakafkan jiwa dan raganya. Sehingga mampu menempatkan peran, fungsi dan paham akan permasalahan-permasalahan yang terjadi di semua tingkatan dalam mewujudkan harmonisasi perkaderan.Tentunya semua itu tidak terlepas dari napas perjuangan HMI sebagai landasan dalam berpikir dan bertindak yaitu ajaran Islam yang selalu menjadi rahmat bagi semesta alam.

Sudah 68 tahun HMI berdiri di bumi pertiwi ini. Sejarah panjang tersebut hendaknya menjadikan para kader HMI matang dalam berfikir dan bersikap.Tinta emas yang pernah terukir di era 80an ,yang mampu melahirkan   para sosok alumni yang tangguh dan berkualitas di bidang nya harus di regenerasikan. Tongkat estafet perjuangan yang berada di genggaman para kader HMI  harus di manfaatkan sebaik mungkin. Perjuangan yang mulia itu tentunya melibatkan sinergisitas berbagai pihak. Terlebih alumni yang pernah merasakan aroma perkaderan di HMI sehingga sukses dalam meniti kariernya. Sebagai tanggung jawab moral berhimpun adalah setelah terbentuknya profesionalitas kader kemudian  mampu mendistribusikan kader-kader terbaik HMI.

Baca Juga:  Catatan PB HMI untuk Indonesia Hadapi MEA

Sejarah ber-HMI bukanlah  sekedar romantisme, tetapi membaca sejarah akan menemukan solusi dan semangat baru. Perbedaan itu perlu demi satu kemajuan. Dari SD tentunya kita sudah di ajarkan makna Bhineka Tunggal Ika, dan saya yakin sudah tertanam di sanubari. Realitas saat ini, perbedaan seperti sosok makhluk yang menakutkan, sewaktu-waktu dapat menyerang siapa saja. Asumsi kerdil seperti inilah yang terus berkembang. Hal tersebut hanya akan membunuh kreatifitas kader yang sejatinya butuh laboratorium untuk bereksperimen.

Pola gerakan yang bermuatan intelektual, cerdas dan konstruktif serta bersifat idiologis perlu di perbanyak, sehingga kader HMI  yang akan tampil sebagai calon pemimpin bangsa yang akan datang lebih mampu berpikir jernih, toleran, rasional, realistis, dan strategis. Bukan pemimpin yang di paksakan karena kepentingan segelincir orang tetapi pemimpin yang siap mengemban amanah organisasi. matang secara keilmuan dan spiritualitasnya.

Jika ingin menjadikan HMI sebagai poros kemajuan bagi umat dan bangsa, semangat mengusung paradigma baru HMI dengan Memodernisasikan Perkaderan tanpa mengurangi nilai dasar perjuangan dan substansi pedoman perkaderan. Menjadikan HMI sebagai organisasi  modern adalah pilihan yang rasional di era globalisasi dalam  menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) . Dengan niat tulus dan keseriusan tujuan bersama dapat tercapai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tidak kenal menyerah atas kondisi terburuk sekalipun. Maka proses perkaderan akan berjalan dengan baik dan berkualitas

Baca Juga:  Strategi Cadar dan Cingkrang Menteri Agama

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) harus segera bangkit dan mempersiapkan kader bangsa. Perlu kiranya saya tegaskan bahwa HMI adalah sebagai tempat berproses dan bereksperimen. Sebagai kawacandradimuka mahasiswa maka sesekali akan melakukan kesalahan. Dinamika seperti itulah yang nantinya menjadikan mahasiswa matang dalam berpola pikir dan  bersikap. Proses yang dilaluinya tersebut kelak akan tercermin dalam kehidupannya usai ber-HMI. Sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita HMI dan bangsa ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *